Pemikiran Rasional Bersifat Solipsistik dan 3 Teori Kebenaran


A.    Pemikiran Rasional Bersifat Solipsistik
Dalam pemikiran rasional, kaum rasionalis beranggapan bahwa pernyataan yang digunakan diperoleh dari idea yang jelas dan dapat diterima. Idea menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia, namun memang sudah ada dan dapat diketahui oleh manusia melalui kemampuan berfikir rasionalnya. Idea bagi kaum rasionalis bersifat apriori (pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman) atau pra pengalaman, dan didapatkan manusia lewat penalaran rasional. Masalah utama dari cara berfikir idea adalah mengenai kriteria untuk mengetahui akan kebenaran suatu idea yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Idea menurut orang yang satu mungkin bisa bersifat jelas dan dapat dipercaya, namun bagi orang yang lain belum tentu demikian. Masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang dipakai dalam penalaran deduktif. Karena semua pernyataan tersebut bersumber dari pemikiran rasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman, maka evaluasi tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, melalui penalaran rasional akan didapat bermacam-macam pengetahuan mengenai obyek tertentu tanpa adanya konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam konteks seperti ini, pemikiran rasional cenderung bersifat solipsisitik dan subyektif.
Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapat melalui penalaran rasional yang abstrak, yaitu lewat pengalaman yang konkret. Seperti halnya gejala-gejala alam bersifat konkret karena dapat dinyatakan lewat tangkapan indera manusia.

B.     Tiga Teori Kebenaran
Kebenaran merupakan suatu hal yang bisa dikatakan benar berdasarkan alasan yang logis dan analitik. Suatu kebenaran bisa dipandang dari sudut pandang dan metode yang berbeda dari masing-masing orang, sehingga setiap orang pun dapat mengemukakan pendapatnya mengenai suatu kebenaran. Misalnya kebenaran yang dilihat dari sudut rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme berasal kata rasio memiliki arti akal / fikiran, merupakan suatu paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang paling benar adalah rasio (akal fikiran). Sedangkan empirisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang benar hanya pengalaman yang diperoleh melalui panca indera seseorang. Kedua paham tersebut saling bertolak belakang sehingga melahirkan tiga teori kebenaran, yang meliputi koherensi, korespondensi, dan pragmatis.
a.       Teori Koherensi
Teori koherensi dapat juga disebut dengan teori konsistensi, yaitu teori yang mengatakan, suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar secara logis.
Contoh :
Pernyataan “Seluruh mahasiswa UNS harus mengenakan almamater saat perkuliahan berlangsung”. Sulis adalah mahasiswa UNS, Sulis harus mengenakan almamater saat perkuliahan berlangsung. Pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
b.      Teori Korespondensi
Teori korespondensi berpandangan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan pernyataan yang ada di alam atau obyek yang dituju pernyataan tersebut.
Contoh :
Pernyataan “Ibu adalah orang yang melahirkan kita”, pernyataan tersebut benar karena faktanya memang ibulah yang telah melahirkan kita. Sedangkan pernyataan lain “Bapak adalah orang yang melahirkan kita”, pernyataan tersebut tidak benar sebab tidak ada obyek yang berhubungan dengan pernyataan tersebut. Jadi secara faktual “Orang yang melahirkan kita bukan bapak, melainkan ibu”
c.       Teori Pragmatis
Teori pragmatis mengatakan bahwa pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Maksudnya, suatu pernyataan adalah benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Contoh :
Seseorang yang mencetuskan ide untuk menciptakan suatu alat perontok padi, kemudian ide tersebut direalisasikan hingga tercipta alat perontok padi yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah pekerjaannya dalam proses merontokkan padi. Maka  alat perontok padi dianggap benar, karena alat tersebut adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.

Komentar